Istanagaruda.id – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah jantungan pasar saham Indonesia, cermin yang menunjukkan sehat atau tidaknya ekonomi kita. IHSG menghitung performa rata-rata saham-saham unggulan di Bursa Efek Indonesia (BEI) bayangkan seperti rapor nilai untuk ratusan perusahaan sekaligus. Misalnya, kalau IHSG naik ke 7.000 poin, artinya banyak investor sedang optimis, dompet mereka tebal, dan bisnis berputar kencang.
Tapi kalau anjlok, seperti saat pandemi 2020 yang sempat jatuh ke 3.900 poin, suasana langsung mencekam semua orang panik. Serunya, indeks saham ini bukan cuma angka, tapi cerita hidup.
Dari euforia saat perusahaan teknologi IPO, sampai deg-degan ketika suku bunga naik. Buat investor pemula, memahami indeks saham ini ibarat belajar naik sepeda takut jatuh, tapi seru kalau sudah jago.
Faktor yang Membuat IHSG Naik Turun
IHSG itu seperti cuaca, kadang cerah, kadang badai, dan penuh kejutan. Lalu apa saja yang menggoyangkan indeks saham ini naik turun?
- Ekonomi Global
kalau bursa Amerika batuk, IHSG bisa ikut pilek. Contohnya, kenaikan suku bunga AS oleh Federal Reserve sering bikin investor asing kabur dari Indonesia, ninggalin IHSG merana.
- Politik Dalam Negeri
Pemilu atau drama kabinet bisa bikin pasar deg-degan. Ingat di tahun 2014, IHSG sempat melesat setelah Jokowi menang, penuh harapan baru.
- Sentimen Lokal
Adanya sentimen lokal, seperti laporan keuangan perusahaan besar atau bencana alam juga ikut main. Menyoroti realitas pahit, pelemahan rupiah dan lonjakan PHK yang memperburuk situasi, membuat IHSG tertekan hingga harus di-suspend.
Baca juga: Memilih Jurusan Kuliah yang Dibutuhkan di Masa Depan, ini 5 Daftarnya
Bayangkan saat saham BRI atau Telkom naik tajam langsung bikin IHSG ikut tersenyum. Serunya lagi, ada “psikologi massa” di sini, jika semua orang panik dan segera menjual saham, IHSG bisa jatuh bebas meski tak ada kabar buruk. Pasar saham itu teater emosi, dan IHSG adalah panggung utamanya.
Tips Menjadi Pemain Cerdas di IHSG
Inilah beberapa tips yang dapat dilakukan, jika ikut main di IHSG tanpa pusing.
- Jangan cuma ikut-ikutan alias fomo
Pelajari dulu saham yang kamu incar, apakah sektornya lagi hot seperti energi hijau atau malah lesu seperti ritel tradisional. Tetap hati-hati dan mempertimbangkan dahulu, jangan terjebak euforia tahun 2021, banyak pemula rugi gegara fomo beli saham “gorengan” atau kepanikan jual.
- Pantau tren saat ini
saham teknologi dan kesehatan lagi jadi primadona karena digitalisasi dan kesadaran hidup sehat.
- Sabar adalah kunci
Lihat saja investor legendaris Warren Buffett, dia sukses karena tak buru-buru jual saat pasar goyang. Contoh nyata, saat IHSG rebound dari 5.000 ke 6.000 poin pasca-Covid, yang sabar panen untung besar.
Membutuhkan kesabaran untuk meraih imbalannya besar. Misalnya, investor yang hold saham blue chip selama 10 tahun biasanya menikmati pertumbuhan signifikan meski ada penurunan sementara.
Kondisi indeks saham gabungan yang hancur dan pelemahan ekonomi menunjukkan pentingnya strategi jangka panjang dan diversifikasi, bukan hanya spekulasi jangka pendek.
IHSG yang hancur hingga dampak ekonomi yang luas, jangan ragu untuk pelajari pasar secara mendalam, diversifikasi investasi, dan gunakan strategi jangka panjang untuk tetap tenang di tengah badai pasar, sehingga dapat menikmati perjalanan investasi sambil meminimalkan risiko.
Jadi, main di IHSG itu ibaratkan seperti naik roller coaster, seru bikin jantungan, tapi kalau paham triknya, kamu bisa menikmati perjalanan sambil raup cuan.
Penulis: Dindah Mulyani
Editor: Haqqi Idral
Leave a comment