Home Gaya Hidup Fenomena Brain Rot: Penurunan Fungsi Otak Manusia Akibat Konten Negatif
Gaya Hidup

Fenomena Brain Rot: Penurunan Fungsi Otak Manusia Akibat Konten Negatif

Share
Fenomena Brain Rot: Penurunan Fungsi Otak Manusia Akibat Konten Negatif
Share

Istanagaruda.id- Oxford University Press baru saja mengumumkan kata “Brain Rot” sebagai Kata Tahun Ini 2024 atau biasa disebut Word of The Year 2024. Brain rot bila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia mempunyai arti “Kebusukan Otak”, namun yang dimaksud di sini adalah hilangnya fungsi otak akibat konsumsi informasi sampah atau tidak substansial.

Oxford University Press memilih kata brain rot karena mencerminkan fenomena sosial yang semakin relevan di era digital sekarang ini. Istilah ini dipilih berdasarkan survei yang melibatkan lebih dari 37.000 orang dan mencerminkan peningkatan penggunaan kata tersebut sebesar 230% dalam periode satu tahun.

Memang seberhaya dan sepenting apa sih fenomena brain rot ini hingga Oxford University Press menjadikan kata ini sebagai Word of The Year 2024 ini?

Fenomena Brain Rot

Sebetulnya, fenomena brain rot bukanlah hal baru di era digital hari ini. Namun intensitas dan dampak dari adanya konten tidak substansial atau cenderung sampah, baru terasa di tahun-tahun ini. Per hari ini, kita akan dengan mudah menjumpai konten-konten singkat, non substansial, dan lebih mengherankannya lagi konten seperti inilah yang terkadang disukai, terkhusus bagi Gen Z dan Gen Alpha.

Aktivitas scrolling internet seakan terjadi begitu saja tanpa kita sadari, bahkan kita tidak tahu manfaat apa yang kita dapatkan dari hasil berjam-jam scrolling konten internet, kecuali kesenangan sesaat saja. Bila dicermati, konten yang diproduksi hari ini umumnya bersifat ringkas, menghadirkan konten yang tidak jelas (berorientasi yang penting viral) dan berisikan remeh temeh.

Uniknya, konten seperti itulah yang disukai oleh kebanyakan masyarakat digital hari ini. Akibatnya, otak terbiasa dengan informasi yang dangkal dan menurunkan daya kritis terhadap sesuatu. Fenomena brain rot juga berdampak pada tingkat konsentrasi yang menurun, sehingga berimbas pada produktivitas keseharian.

Dampak Brain Rot

Platform media sosial seperti Tik Tok, Youtube short, Reels Instagram yang menyajikan konten-konten pendek menjadikan diri kita terbiasa dengan sesuatu yang instan. Hal ini membuat kebiasaan pola pikir runtut tidak berjalan baik. Hal ini tentu akan berbeda ketika kita sedang membaca buku ataupun menonton tayangan dengan durasi yang cukup lama. Kita akan menjadi lebih mampu membangun pola pikir yang runtut, dan mengetahui dasar informasi yang sedang dibahas.

Brain rot dapat menyebabkan seseorang mengalami kelelahan mental dan kesulitan untuk fokus. Konsumsi hormon dopamin secara instan membuat diri kita mudah letih jika terlalu dibiasakan sehingga menyebabkan ketergantungan. Kegiatan seperti menonton video singkat dan bermain game akan merangsang dopamin berlebih pada tubuh, dan hal ini tidak baik jika dibiarkan.

Maka muncul istilah dopamine detox yang mana merupakan suatu upaya mengurangi atau membatasi kegiatan yang merangsang hormon dopamin untuk mencegah terjadinya ketergantungan. Dopamine detox sangat membantu dalam masa transisi untuk membiasakan seseorang untuk sehat secara mental.

Ketika menjalani fase ini, kamu harus tetap berupaya menjauhkan segala hal yang bisa membuatmu kecanduan. Dalam konteks brain rot, berarti kamu harus mengurangi konsumsi bermain medsos dan ataupun bermain game. Pada fase ini kamu bisa melakukan kegiatan yang positif, seperti berolahraga, jalan-jalan, ataupun mengunjungi tempat yang kamu sukai, namun tanpa bermain medsos.

Dampak yang cukup serius dari tingginya paparan konten yang kurang substansial adalah timbulnya rasa malas untuk bersosial. Selain itu, kebiasaan menonton tayangan singkat juga membuat kesulitan dalam membaca dan menganalisis suatu informasi.

Solusi Brain Rot

Seperti dijelaskan di atas, kamu bisa memulai dengan dopamine detox, yakni mengurangi intensitas bermain media sosial, atau lebih rincinya mengurangi tayangan singkat yang tidak penting. Kamu bisa mencoba kebiasaan membaca buku secara bertahap namun konsisten. Sebab akan berat jika seseorang yang awalnya terbiasa dengan sesuatu yang cepat, kini dipaksa harus melambat dan fokus dengan membaca buku.

Kalaupun kamu tidak ingin seekstrem dopamine detox, kamu bisa memulai dengan beralih kepada tayangan yang bermutu dan konten edukatif. Tak lupa kamu harus menjalin hubungan baik dengan orang-orang di sekelilingmu, hal ini penting karena bersosialisasi bisa menjaga kita tetap sehat secara mental. Dan yang terakhir adalah istirahatlah yang cukup.

Share

Leave a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Articles
Rekomendasi Restoran Favorit di Jakarta
Gaya Hidup

Rekomendasi Restoran Favorit di Jakarta yang Menyediakan Menu Nusantara

Istanagaruda.id– Kuliner khas Indonesia sudah tidak diragukan lagi kelezatannya. Terutama Indonesia menyediakan...

Capybara: Raja Santai yang Menguasai Dunia Hewan
Gaya Hidup

Capybara: Raja Santai yang Menguasai Dunia Hewan

Istanagaruda.id – Capybara adalah hewan mamalia yang berasal dari Amerika Selatan, dan...

Ide Outfit Lebaran Wanita 2025 agar Tampil Menawan dan Anggun
Gaya Hidup

Ide Outfit Lebaran Wanita 2025 agar Tampil Menawan dan Anggun

Sebentar lagi lebaran Idulfitri 2025, sudah ada ide outfit lebaran? Istanagaruda.id– Hari...

Menu Makanan Ringan Sederhana dan Lezat Favorit Semua Orang
Gaya Hidup

Menu Makanan Ringan Sederhana dan Lezat Favorit Semua Orang! Cocok Banget Buat Lebaran

Istanagaruda.id– Tak terasa lebaran tinggal menghitung hari, rasanya tidak komplit tanpa adanya...